Rabu, 29 September 2021

PERADABAN QABIL

 


 SEGALA sesuatu yang sudah final dijadikan pedoman atau kebiasaan disebut peradaban. Dan segala peradaban di dunia ini pertama kali lahir dari kehidupan keluarga kecil Nabi Adam as dan istrinya, Siti Hawa. Entah itu peradaban yang langsung ditetapkan oleh Nabi Adam sendiri atau melalui keturunan-keturunannya. Peradaban baik ataupun buruk, keduanya sama-sama terlahir dari keluarga kecil tersebut dan bisa jadi, dari keluarganya keluarga keturunan Nabi Adam as. Yang pasti, setiap peradaban yang baik semata-mata atas tuntunan Allah dan peradaban yang kurang baik (buruk) pasti peradaban yang lahir tanpa dasar tuntunan-Nya.

Peradaban pertama kali adalah perintah Allah kepada Nabi Adam as untuk mengawinkan putra-putrinya secara silang. Sebab, dan ini yang menjadi satu-satunya alasan di balik terjadinya fenomena tersebut, adalah populasi makhluk Tuhan bernama manusia masih dapat dihitung dengan jari-jari tangan. Dan seiring dengan perkembangannya, peradaban ini dihapus hingga dewasa ini.

Namun, meski peradaban ini sudah lama dihapus, ada suatu peradaban yang hingga saat ini masih terus berlanjut mengalami peningkatan dan perkembangbiakan bahkan semakin beraneka ragam bentuk dan tipenya dalam setiap populasi manusia di seluruh dunia: Peradaban Qabil.

Secara historis, peradaban ini (baca: buruk) timbul dari kawin silang yang terjadi pada anak-anak Nabi Adam as. Semula Qabil merasa tidak terima dengan keputusan tersebut maka, Allah mengadilinya dengan cara seadil-adilnya. Keduanya dituntut untuk mempersembahkan sesuatu kepada Allah dari hasil usahanya masing-masing. Singkat cerita, persembahan Habil-lah yang Allah terima berupa domba yang bentuk fisiknya sempurna. Maka atas sebab inilah, keputusan Allah tetap berlanjut dan menimbulkan masalah bagi Qabil.

Dari sinilah perbuatan keji dan watak asli Qabil tampak kentara terhadap saudaranya sendiri, Habil. Tidak hanya sampai di situ, sikap hasudnya dilanjutkan dengan aksi nyata: rencana pembunuhan. Dan ini pembunuhan pertama kali yang terjadi di muka bumi ini. Pembunuhan terhadap saudaranya sendiri. Ngeri.

Plot cerita ini bukan hanya menjadi cerita dari tahun ke tahun. Cerita ini bahkan akan menjadi fenomena yang tak bisa terhindarkan setiap hari di belahan dunia. Dan lebih ironisnya lagi cerita yang sama akan dan telah terjadi dengan tampilan yang lebih sistematis. Cerita ngeri semacam ini akan terus bercokol dan barangkali bakal berakhir sampai pada titik kehidupan terakhir, akhirat; tempat di mana semua keturunan Nabi Adam as bahkan tak lagi memikirkan lakon-lakon buruk dan kejam yang berkelanjutan. Sebab, sebagaimana maklum, semua manusia dari keturunan Nabi Adam as akan menikmati dan atau menyesali apa yang telah ia perbuat selama hidup di dunia.

Belakangan ini seperti yang disampaikan di atas bahwa cerita yang sama –yang nantinya disebut peradaban Qabil– sedang dan atau sudah terjadi dengan plot cerita yang berbeda dan lebih sistematis pun dengan karakter yang beda. Betapa tidak, dari sisi mana pun semestinya hal tersebut tidak boleh terjadi sebab ada tali persaudaraan. Kalau tak seiman, ya sesama muslim, atau sebangsa atau setidaknya sama-sama anggota persaudaraan Bani Adam. Anehnya, kita malah gemar bertengkar, memusuhi saudara sendiri untuk urusan yang pada dasarnya tak terkait dengan masa depan, apalagi akhirat. Mungkin benih Qabil yang bersemi: gila dunia dan tak ragu membunuh untuk menguasai. Golongan macam ini sama halnya dengan golongan yang tidak mencintai dirinya sendiri. Ia hanya terlena dengan keindahan belaka tanpa memikirkan apa yang telah ia perbuat sama halnya ia melakukan pada dirinya sendiri. Padahal apa yang dilakukan (membunuh untuk menguasai) merupakan cerminan kualitas keimanan dirinya. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Bukhari Muslim:”Tidaklah beriman seseorang dari kamu sehingga dia mencintai saudara seperti dia mencintai dirinya sendiri.”

Cerita saudara membunuh untuk menguasai sesuatu yang ia incar tapi tidak kesampaian bukan cerita yang perlu diprivatkan lagi.Tapi cerita semacam ini sudah menjadi kabar dan tontonan yang terus menyesaki ruang dengar dan pandang setiap hari. Bahkan sepertinya sudah menjadi momok di negeri ini.

Kehadiran teknologi canggih rupanya membawa efek buruk dan lahirnya pembunuhan dengan versi baru yang lebih sistematis. Pembunuhan yang terjadi di muka bumi saat ini adalah pembunuhan yang dilakukan dengan jarak dekat tapi jauh. Tapi bukan berarti pembunuhan yang dilakuakn dengan santet. Pembunuhan ini malah lebih hebat daripadanya, membunuh untuk menguasai dengan cara instan. Dikatakan dekat sebab ia bisa bertemu setiap hari. Dikatakan jauh karena dilakukan dengan bantuan teknologi super canggih dan sembunyi-sembunyi. Selain itu hal ini dilakukan secara bersama-sama dan terorganisir.

Anda tau sedari tadi tulisan ini mengarahkan pada apa dan tertuju untuk siapa?

Merencanakan, menjegal, menjatuhkan, lalu membunuh lawan adalah perbuatan bejat yang sering terjadi dengan plot cerita yang berbeda dan masing-masing memiliki tujuan yang sama: kekuasaan. Kelompok ini sepakat menjatuhkan satu lawan. Bila berhasil dijatuhkan, bagi-bagi kekuasaan pun terjadi. Kelompok yang dijatuhkan memendam dendam dan sepakat membalas balik dengan perbuatan yang tak jauh berbeda. Hal ini terus menerus terjadi hingga seperti siklus pembunuhan dan tak kunjung selesai. Lebih ironisnya lagi, dua kelompok yang sama-sama dibutakan mata hatinya malah saling mencari pendukung untuk keberhasilan dan berlanjutnya planning bejat melalui pengaruh sosial baik dunia maya atau nyata. Dan keburukan terus menerus menyebar layaknya penyakit yang menular.

Negeri kita saat ini sepertinya sedang marak-maraknya terjadi fenomena di atas. Lucunya, hal ini menjadi semacam kebanggan yang jemawa layaknya kompetisi dan terus dikejar penuh dengan rasa ambisi. Siapa yang berduit, berkuasa. Karakter ‘baik’ seolah mengalami masa expired. Keberadaannya tak lagi berguna malah membahayakan bagi sesama. Begitulah pemikiran dangkal bangsa ini.

Anda mengerti, dua paragraf di atas adalah jawaban bagi paragraf sebelumnya. Semoga bangsa kita yang terus menerus melantangkan ideologi Pancasila di negeri ini menyadari bahwa sebenarnya yang mereka lakukan adalah sesuatu yang berbanding balik dengan ideologi Pancasila. Dan tanpa disadari, peradaban Qabil-lah yang mereka lakukan untuk bangsa ini: saling membunuh untuk menguasai.

Muhammad Faisal Aly

0 Comments:

Posting Komentar