SEGALA sesuatu yang sudah final dijadikan pedoman atau kebiasaan disebut
peradaban. Dan segala peradaban di dunia ini pertama kali lahir dari kehidupan
keluarga kecil Nabi Adam as dan istrinya, Siti Hawa. Entah itu peradaban yang
langsung ditetapkan oleh Nabi Adam sendiri atau melalui keturunan-keturunannya.
Peradaban baik ataupun buruk, keduanya sama-sama terlahir dari keluarga kecil
tersebut dan bisa jadi, dari keluarganya keluarga keturunan Nabi Adam as. Yang
pasti, setiap peradaban yang baik semata-mata atas tuntunan Allah dan peradaban
yang kurang baik (buruk) pasti peradaban yang lahir tanpa dasar tuntunan-Nya.
Peradaban
pertama kali adalah perintah Allah kepada Nabi Adam as untuk mengawinkan
putra-putrinya secara silang. Sebab, dan ini yang menjadi satu-satunya alasan
di balik terjadinya fenomena tersebut, adalah populasi makhluk Tuhan bernama
manusia masih dapat dihitung dengan jari-jari tangan. Dan seiring dengan
perkembangannya, peradaban ini dihapus hingga dewasa ini.
Namun,
meski peradaban ini sudah lama dihapus, ada suatu peradaban yang hingga saat
ini masih terus berlanjut mengalami peningkatan dan perkembangbiakan bahkan
semakin beraneka ragam bentuk dan tipenya dalam setiap populasi manusia di
seluruh dunia: Peradaban Qabil.
Secara
historis, peradaban ini (baca: buruk) timbul dari kawin silang yang terjadi
pada anak-anak Nabi Adam as. Semula Qabil merasa tidak terima dengan keputusan
tersebut maka, Allah mengadilinya dengan cara seadil-adilnya. Keduanya dituntut
untuk mempersembahkan sesuatu kepada Allah dari hasil usahanya masing-masing.
Singkat cerita, persembahan Habil-lah yang Allah terima berupa domba yang
bentuk fisiknya sempurna. Maka atas sebab inilah, keputusan Allah tetap
berlanjut dan menimbulkan masalah bagi Qabil.
Dari
sinilah perbuatan keji dan watak asli Qabil tampak kentara terhadap saudaranya
sendiri, Habil. Tidak hanya sampai di situ, sikap hasudnya dilanjutkan
dengan aksi nyata: rencana pembunuhan. Dan ini pembunuhan pertama kali yang
terjadi di muka bumi ini. Pembunuhan terhadap saudaranya sendiri. Ngeri.
Plot
cerita ini bukan hanya menjadi cerita dari tahun ke tahun. Cerita ini bahkan
akan menjadi fenomena yang tak bisa terhindarkan setiap hari di belahan dunia. Dan
lebih ironisnya lagi cerita yang sama akan dan telah terjadi dengan tampilan
yang lebih sistematis. Cerita ngeri semacam ini akan terus bercokol dan barangkali
bakal berakhir sampai pada titik kehidupan terakhir, akhirat; tempat di mana semua
keturunan Nabi Adam as bahkan tak lagi memikirkan lakon-lakon buruk dan kejam
yang berkelanjutan. Sebab, sebagaimana maklum, semua manusia dari keturunan
Nabi Adam as akan menikmati dan atau menyesali apa yang telah ia perbuat selama
hidup di dunia.
Belakangan
ini seperti yang disampaikan di atas bahwa cerita yang sama –yang nantinya
disebut peradaban Qabil– sedang dan atau sudah terjadi dengan plot cerita yang
berbeda dan lebih sistematis pun dengan karakter yang beda. Betapa tidak, dari
sisi mana pun semestinya hal tersebut tidak boleh terjadi sebab ada tali persaudaraan.
Kalau tak seiman, ya sesama muslim, atau sebangsa atau setidaknya sama-sama
anggota persaudaraan Bani Adam. Anehnya, kita malah gemar bertengkar, memusuhi
saudara sendiri untuk urusan yang pada dasarnya tak terkait dengan masa depan,
apalagi akhirat. Mungkin benih Qabil yang bersemi: gila dunia dan tak ragu
membunuh untuk menguasai. Golongan macam ini sama halnya dengan golongan yang
tidak mencintai dirinya sendiri. Ia hanya terlena dengan keindahan belaka tanpa
memikirkan apa yang telah ia perbuat sama halnya ia melakukan pada dirinya
sendiri. Padahal apa yang dilakukan (membunuh untuk menguasai) merupakan
cerminan kualitas keimanan dirinya. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW
yang diriwayatkan Imam Bukhari Muslim:”Tidaklah beriman seseorang dari kamu
sehingga dia mencintai saudara seperti dia mencintai dirinya sendiri.”
Cerita
saudara membunuh untuk menguasai sesuatu yang ia incar tapi tidak kesampaian
bukan cerita yang perlu diprivatkan lagi.Tapi cerita semacam ini sudah menjadi
kabar dan tontonan yang terus menyesaki ruang dengar dan pandang setiap hari.
Bahkan sepertinya sudah menjadi momok di negeri ini.
Kehadiran
teknologi canggih rupanya membawa efek buruk dan lahirnya pembunuhan dengan
versi baru yang lebih sistematis. Pembunuhan yang terjadi di muka bumi saat ini
adalah pembunuhan yang dilakukan dengan jarak dekat tapi jauh. Tapi bukan
berarti pembunuhan yang dilakuakn dengan santet. Pembunuhan ini malah lebih
hebat daripadanya, membunuh untuk menguasai dengan cara instan. Dikatakan dekat
sebab ia bisa bertemu setiap hari. Dikatakan jauh karena dilakukan dengan
bantuan teknologi super canggih dan sembunyi-sembunyi. Selain itu hal ini
dilakukan secara bersama-sama dan terorganisir.
Anda tau
sedari tadi tulisan ini mengarahkan pada apa dan tertuju untuk siapa?
Merencanakan,
menjegal, menjatuhkan, lalu membunuh lawan adalah perbuatan bejat yang sering
terjadi dengan plot cerita yang berbeda dan masing-masing memiliki tujuan yang
sama: kekuasaan. Kelompok ini sepakat menjatuhkan satu lawan. Bila berhasil
dijatuhkan, bagi-bagi kekuasaan pun terjadi. Kelompok yang dijatuhkan memendam
dendam dan sepakat membalas balik dengan perbuatan yang tak jauh berbeda. Hal ini
terus menerus terjadi hingga seperti siklus pembunuhan dan tak kunjung selesai.
Lebih ironisnya lagi, dua kelompok yang sama-sama dibutakan mata hatinya malah
saling mencari pendukung untuk keberhasilan dan berlanjutnya planning
bejat melalui pengaruh sosial baik dunia maya atau nyata. Dan keburukan terus
menerus menyebar layaknya penyakit yang menular.
Negeri
kita saat ini sepertinya sedang marak-maraknya terjadi fenomena di atas.
Lucunya, hal ini menjadi semacam kebanggan yang jemawa layaknya kompetisi dan
terus dikejar penuh dengan rasa ambisi. Siapa yang berduit, berkuasa. Karakter
‘baik’ seolah mengalami masa expired. Keberadaannya tak lagi berguna
malah membahayakan bagi sesama. Begitulah pemikiran dangkal bangsa ini.
Anda
mengerti, dua paragraf di atas adalah jawaban bagi paragraf sebelumnya. Semoga
bangsa kita yang terus menerus melantangkan ideologi Pancasila di negeri ini
menyadari bahwa sebenarnya yang mereka lakukan adalah sesuatu yang berbanding
balik dengan ideologi Pancasila. Dan tanpa disadari, peradaban Qabil-lah yang
mereka lakukan untuk bangsa ini: saling membunuh untuk menguasai.
Muhammad
Faisal Aly
0 Comments:
Posting Komentar